Berperasaan menentang naluri.
Bersedia menentang sendiri.
Sebermula dengan keadaan, dituruti masa, kini.. penamat?
TIDAK!
Masakan putus air meski berleter kau mencencangnya!
Mari... aku kabarkan ini..
Malam, tidak semua menantinya untuk beradu.
Aku, menanti malam dengan seribu penantian berbagai rasa.
Masa aku berfikir, tenang.
Aaahh..
Masa aku menyendiri, senang.
Aaahh..
Masa aku bermuhasabah,
Oh! Aku tersedar.
Aku bersalah.
Bersalah memperjudi nasib si perasaan.
Aaargh!
Izin aku menggali punca?
Insan jelik seperti aku untungnya malang.
Aku bodoh?
Aku bodoh?
Aku bodoh?
Haha!
Haha!
Haha!
Biarkan mereka bergelak.
Biarkan mereka!
Biarkan mereka!
Aku mohon , relakan saja pengakuan ini dilahir.
Usah aku berdalih menidakkan hakikat.
Apa salah ku?
Apa salah ku?
Aku hanya butuh kejujuran.
Kejujuran tentang berperasaan!
Apa aku bersalah?
Apakah aku bersalah?
Jika ya, ke sini kau beritakan tentangnya!
Ke sini kau?
Andai bukan mulut mu mula berbicara..
Kabarkan aku dengan kudrat mu!
Sedarkan aku dengan keringat mu!
Darah itu saksinya!
Luka itu buktinya!
Ratapi nasibku
Di situ, mengalir merah darah ku..
Saksikan, cinta ku pergi
Di situ, pedih luka ku..
Rasakan, kesanya rasa terhapus.
Sekelilingnya penuh kehinaan..
Sekitarnya penuh kebencian..
Andai saja aku bisa kabarkan janjiku..
Percayalah, kau tak mungkin aku persiakan..
Dan andai saja aku bisa perdengarkan hatiku..
Nescaya mengalirlah air mata mu..
Apa juga di dunia ini, dirimu tak pernah mungkin menjadi cagaranya!!!
thx,
azim.
No comments:
Post a Comment